Beberapa Makanan Khas Aceh Yang Sangat Populer
- popopoduabelas
- Mar 12, 2019
- 6 min read
Aceh atau Banda Aceh dikenal sebagai kota yang Islam yang paling tua di Asia Tenggara, sebagaimana disebutkan dalam. Menjadi sebuah kota dengan peradaban Islam yang cukup maju membuat Aceh menyimpan daya tarik tersendiri yang menyebabkan banyak orang menaruh minat untuk mengunjungi kota berjuluk Serambi Mekah itu suatu hari.
Apabila ingin liburan dengan kesan yang berbeda, maka jangan sampai melewatkan kota Banda Aceh. Selain bisa menjelajahi sejumlah situs-situs bernuansa Islami yang megah dan bersejarah, Aceh memberikan banyak pilihan buah tangan untuk para pelancong dari luar Sumatera. Penasaran? Berikut ini oleh-oleh khas Aceh yang sering diburu oleh wisatawan hasil pantauan
Makanan Apa Saja?
Rencong

Senjata tradisional khas suku Aceh yang paling terkenal adalah rencong. Selain sebagai alat untuk bertempur, ternyata juga melambangkan keberanian, identitas diri, dan ketangguhan dari para pemiliknya. Bahkan pada masa kesultanan Aceh, rencong selalu diselipkan oleh para raja dan pembesar istana di pinggang mereka. Selain sebagai alat untuk menyerang juga sebagai pelambang wibawa para raja.
Selain itu, rencong juga kerap menjadi aksesoris tambahan bagi mempelai pria saat melangsungkan akad nikah untuk menambah kewibawaanya. Bahkan, ada rencong yang terbuat dari emas asli dengan penggalan tulisan ayat suci Al Quran yang ditulis pada mata pedangnya. Namun sekarang ini rencong lebih sering dibuat dengan kuningan, besi putih, dan kayu sebagai oleh-oleh atau untuk pajangan dan untuk digunakan pengantin laki-laki.
Perhiasan Pinto Aceh
Pinto aceh adalah motif perhiasaan yang awal mulanya ditemukan oleh seniman asal Aceh kala itu, Mahmud Ibrahim yang juga ahli pandai besi. Mahmud Ibrahim membuat karyanya karena terinspirasi dari monumen peninggalan raja Aceh, Iskandar Muda yang berbentuk monumen. Ada juga yang mengatakan bahwa bangunan tersebut menjadi tempat keluar masuknya para permaisuri dan dayang raja dari dan ke sungai di dekat monumen tersebut.
Saking indahnya pinto aceh, pada masa awal pembuatannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tidak sembarang orang dapat membuatnya. Hal ini karena perlu adanya keterampilan membuat pinto aceh yang tinggi. Sedikit demi sedikit banyak yang mampu membuatnya, bahkan tidak hanya orang Aceh sendiri, luar Aceh khususnya Jawa juga sanggup membuatnya.
Asal rencong memang dari daerah Pinto Khop, namun karena keindahannya, kini dapat ditemukan di berbagai tempat yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Aceh. Jangan khawatir jika motif pinto aceh yang hanya itu-itu saja, karena sekarang terdapat berbagai bentuk pinto aceh berupa aksesoris seperti cincin, kalung, gelang, peniti, bahkan dibuat varian baru pada kemeja, jilbab, hingga kopiah.
Songket Aceh
Sama halnya dengan batik yang telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia bahkan negara tetangga, songket juga seperti itu, hampir setiap daerah rumpun Melayu memilikinya, tak terkecuali Aceh. Hal ini dikarenakan kerajaan Sriwijaya sebagai pembawanya menyebarkan cara membuat songket ke wilayah-wilayahnya. Pembuatan kain songket sendiri dibuat dengan cara ditenun menggunakan alat dari kayu. Penenunan tersebut harus menggunakan benang beraneka warna untuk menciptakan motif dan bentuk yang diinginkan.
Sebagai kain tradisional, songket Aceh tidak hanya diburu untuk keperluan koleksi saja, melainkan kebanyakan dibeli untuk dimanfaatkan. Misalnya adalah kain songket berupa pakaian, tak terkecuali pakaian adat, hiasan meja atau taplak, hiasan dinding, dan bentuk lainnya. Kain dengan arti mengait dari bahasa Melayu ini tercatat memiliki motif beraneka ragam, namun didominasi oleh motif bewarna emas dan perak, sesuai warna benang yang paling sering digunakan.
Kupiah Meukeutop
Kupiah Meukeutop adalah salah satu jenis peci yang sekarang ini kerap dikenakan oleh para mempelai pria kota serami mekah dalam pernikahan yang mereka laksanakan. Lebih jauh lagi, dulunya kupiah ini hanya boleh dipakai oleh para pembesar istana alias raja atau para bangsawan.
Pahlawan Indonesia asal Aceh, yaitu Teuku Umar menjadikan kupiah Meukeutop sebagai aksesoris favoritnya. Selain dinamakan Meukeutop, banyak orang menyebut oleh-oleh khas Aceh ini dengan nama yang berbeda seperti kupiah Tungkop karena terdapat tugu kupiah tungkop yang juga berada di daerah bernama Tungkop, Pidie.
Kupiah ini sering dipakai oleh para raja kala itu karena memiliki maksud di dalamnya. Secera keseluruhan, kupiah ini memiliki 4 bagian dengan makna yang berbeda-beda antara satu bagian dengan lainnya. Empat bagian tadi melambangkan hukum, adat, qanun, dan reusam sehingga harus dipakai di kepala agar diharapkan pemakainya menjunjung tinggi hal tersebut.
Begitu pula dengan sekarang, para penganting yang mengenakannya juga harus bisa bisa melaksanakan aturan di atas saat nanti berumah tangga. Ada juga aksesoris penunjang yang bisa didapatkan, misalnya kalung dan bros serta senjata tradisional aceh, Rencong.
Kupiah Riman

Selain Meukeutop, ada juga kupiah riman yang berasal dari daerah Pidie dan dulunya sering digunakan oleh para petinggi maupun bangsawan, khusunya yang dari Pidie. Tidak hanya digunakan untuk ibadah sholat saja, kupiah atau peci ini juga sering dikenakan saat acara formal maupun non formal.
Sebut saja para pejabat Aceh yang tak ketinggalan menggunakannya sebagai penutup kepala mereka saat ada acara maupun sedang santai. Pada zaman sekarang ini, kupiah riman tetap menjadi aksesoris yang digunakan orang-orang Aceh khususnya saat ibadah ke masjid.
Tidak main-main, waktu pembuatannya bisa sampai berhari-hari walaupun dilakukan oleh orang yang professional dalam masalah pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk membuat oleh-oleh khas Aceh ini adalah bulu ijuk (enau) namun terlebih dahulu direndam selama beberapa hari sebelum akhirnya dibentuk menjadi kupiah dengan cara tertentu.
Tas Motif Aceh
Kebanyakan tas yang dijumpai sekarang ini adalah polos, walaupun ada beberapa tas yang diberi gambar, namun biasanya tas tersebut untuk anak-anak. Jika bosan akan tas seperti itu, maka tas motif Aceh adalah salah satu alternatif tas karena memiliki motif khas dari Aceh.
Apalagi pembuatannya yang memperhatikan kualitas, sehingga hasilnya adalah tas halus dengan pembentukan motif yang rapi. Hal ini memang wajar karena pembuatannya dilakukan dengan mesin bordir dan pengrajin berpengalaman dalam bidangnya.
Sebagai salah satu sentra kerajinan tangan dan pusat oleh-oleh, kawasan Ule Madon, Muara Batu, Aceh Utara telah menyediakan ribuan tas dari berbagai toko yang berbeda. Apalagi setiap tas yang dibuat memiliki bentuk dan jenis yang berbeda, sehingga pemilihnya akan bingung sendiri.
Terdapat jenis tas seperti tas gendong, tas laptop, tas selempang, tas tangan, dan beraneka macam tas ada di sana. Dengan keunikan motif Aceh, rasanya harga ratusan ribu tak jadi masalah untuk pembelian tas yang memdukan budaya dengan barang sehari-hari ini.
Ija Kroeng
Sebagai pakaian yang sangat mencerminkan umat Islam Indonesia, sarung selalu diminati banyak orang, salah satunya yang dari Aceh, Ija Kroeng. Selain dapat digunakan dalam kegiatan ibadah utamanya sholat dan mengaji, sarung juga menjadi alat serbaguna, untuk selimut misalnya. Kelebihan dari Ija Kroeng adalah jenis sarung ini dibuat dengan metode home made dan menggunakan kain katun seluruhnya sebagai bahan baku pembuatan.
Bahkan katun tersebut di datangkan langsung dari India namun proses penenunannya dilakukan di daerah Tangerang sebelum nantinya dikirim ke Aceh untuk dijadikan sarung serta dipasarkan ke konsumen. Sarung ini diproduksi dengan warna utama hitam dan putih dan sangat cocok bagi orang dewasa maupun anak-anak.
Harga dari oleh-oleh khas Aceh ini tidak mahal-mahal amat, yakni berkisar 117 ribu untuk anak-anak dan 162 ribu bagi orang dewasa. Ada juga versi limited edition pada hari-hari tertentu seperti Idul Fitri dengan memberi sentuhan warna yang berbeda dari sebelumnya, yaitu hijau pupus, merah bata, dan abu-abu muda dengan harga yang lebih mahal tentunya.
Sulam Kasab
Sulam Kasab adalah jenis sulaman dari Aceh yang ditempatkan pada berbagai aksesoris rumah tangga seperti tudung saji, payung, hiasan dinding maupun hiasan di atas pintu. Walaupun awalnya hanya mengunakan benang warna emas dan perak, namun di era modern sekarang ini, berbagai ragam warna telah banyak dibubuhkan pada media sulaman.
Selain itu, para pengrajin asli Aceh yang membuatnya selalu menggunakan metode hand made yang kerap dilakukan oleh para ibu rumah tangga untuk menambah pendapatan keluarga. Untuk motifnya sampai saat ini telah beragam, namun yang paling umum dijumpai adalah motif jenis burung, daun, dan bunga-bungaan.
Dalam proses pembuatannya tidaklah mudah, karena perlu ketelitian dan kehati-hatian dalam memasukkan benang dan menjadikan motif yang sempurna seperti yang diinginkan. Karena sudah sangat populer, kalian dapat menjumpai sulaman kasab di berbagai toko souvenir di Aceh.
Kerawang Gayo

Kerawang gayo adalah salah satu kesenian masyarakat Aceh dengan memberikan senuhan motif pada benda maupun aksesoris. Saat ini telah banyak motif yang dapat dijumpai pada kesenian yang telah dikenal lama oleh para masyarakat Dataran Gayo ini.
Sebut saja motif awan berangkat, pagar, tali berputar, pucuk rebung, bunga kapas, dan telapak kaki sulaiman yang kerap dibuat oleh masyarakat. Walaupun di kabupaten asalnya yaitu Gayo Lues hanya ada 8 pengrajin, namun kreatifitas mereka semakin menjadi-jadi.
Sekarang ini kerajinan tangan asal tanah Gayo ini tidak hanya dibuat pada pakaian adat khas Aceh saja, melainkan di berbagai aksesoris yang kerap dibeli oleh para pelancong misalnya ransel, gelang, taplak meja, selendang, kotak tisu, bahkan sendal dan hiasan dinding.
Harganya tergolong murah, mulai dari 15 ribu untuk satu jenisnya hingga yang bernilai ratusan ribu rupiah. Namun ada harga pasti ada kualitas, yang berharga mahal tentu memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang lebih. Bahkan salah satu penyanyi terkenal tanah air, Iwan Fals sempat beberapa kali mengenakan Cindera Mata ini.
Batik Aceh
Batik adalah jenis kebudayaan di Indonesia yang telah tersebar di penjuru Nusantara, tidak hanya Batik Jawa yang sudah terkenal, ada juga Batik Aceh yang sudah ada sejak zama kerjaan, abad 13 M. Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam batu nisan raja-raja Aceh tepatnya yang berbentuk batik.
Sekarang ini batik ceh telah memiliki banyak motif yang sarat akan makna. Setiap motifnya dikatakan memiliki makna tersirat yang berbeda antar satu dengan yang lain. Ada motif senjata tradisional Aceh, Rencong serta motif-motif lainnya, sebut saja Bunga Jempa, Awan bergerak, Pucuk rebung, pintu Aceh, Gayo, dan masih ada motif-motif lain yang juga indah mempesona.
Namun uniknya tidak ada motif hewan sama sekali pada Batik Aceh. Salah satu motifnya adalah pintu Aceh, yang maksudnya adalah saat ada orang yang bertamu harus menundukan kepalanya sebagai rasa hormat, mengingat pintu Aceh memiliki ketinggian yang tidak terlalu tinggi.
Comments